Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Untuk Mereka

Kini bukan hanya para pemerintah yang tak manusiawi Namun juga rakyatnya yang berprilaku tak tahu diri Membuat kegaduhan tanpa aturan  Menimbulkan kerusahan yang tak sedikit pun menguntungkan Lihatlah, koruptor menjijikan itu kini tengah tertawa lepas Menyaksikan kebiadaban kalian di luar sana Yang seolah ingin menegakan keadilan Namun tak sedikitpun kalian menggunakan pikiran Bukan begitu caranya bung… Membakar ban di tengah jalan, sudah tidak zaman Menimbulkan kemacetan apanya yang menguntungkan Kita aktifis berpendidikan, banyak cara tuk tegakan keadilan Biarkan si bajingan itu menikmati hasil rampoknya Lihat saja, sampai kapan mereka akan bahagia Aku pikir tidak akan lama lagi Sesuai naskahnya, besok senin ia akan mati

Goresan Kegelisahan

Sampai kapan kita saling caci maki Konsep keagamaan lahir untuk perdamaian Kenapa malah jadi pertikaian? Atau mungkin kalian kurang baca? Makanya jadi kesetanan? Kalau agama menjadi alat utama tuk lahirkan peperangan Minta izin ke orangtuamu, Jadi atheis sekalian Percaya tidak percaya Muhammad, Yesus, Siddharta Gautama Sedang panik di depan Sang pencipta Menunduk malu, melihat banyak pengikutnya Yang lebih amis dari anjing tak berbulu. -----------------------------------------------------------------------------------------------------  Aku pernah mencintai Indonesia, sampai banyak bicara Pernah berisik dalam perbincangan agama, Menjadi bagian dari para pencari perdebatan Lalu aku memilih usai Bukannya, “menjadi” dan “menikmati” Lebih baik dari “meminta” dan “menghakimi?” Bukannya “menghargai” dan “menjalani” Lebih baik dari “menghardik” dan “sok paham”? Bukannya menjadi teman bicara Lebih baik dari lawan bicara?