Banyak cara untuk mengungkapkan rasa sayang kepada seseorang. Mulai dari sebuah ucapan atau berupa barang. Hampir semua orang melakukan cara itu sebagai bentuk mengungkapkan rasa sayangnya pada seseorang. Tentu saja siapa pun yang akan menerimanya pasti merasa senang, terlebih lagi itu pemberian dari orang yang dianggapnya sepesial. Terkecuali ia mendapatkan suatu hal yang sama-sekali tidak disukai, atau terkesan biasa-biasa saja.
Tetapi menurutku itu adalah cara yang kuno dan sudah terlanjur basi. Ya, kalian mungkin akan mengatakan ‘ah bilang saja gak mampu beli’. Yaps, thats right. Memang benar, aku tidak mampu jika itu berupa tas bermerek, perhiasan, tiket liburan, dan barang-barang mahal lainnya. Jika hanya sekadar martabak telor sepesial yang telornya lima mah masih bisa. Perlu dicatat, jika tidak semuanya ungkapan rasa sayang itu harus berupa barang ataupun sesuatu yang mahal. Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki uang untuk membeli barang itu? Apakah itu pertanda kita tidak sayang? Tentu tidak masuk akal.
Bercerita tentang pengalaman pribadi, aku sendiri pernah melakukan hal itu kepada orang lain. Jangan dulu sok tahu bahwa aku memberikannya untuk pacar. Perlu kalian tahu, untuk anak muda seumurku yang notabenenya adalah remaja tanggung yang sedang gentar-gentarnya berpacaran, aku tidak pernah yang namanya ‘berpacaran’. Ya, ralat sedikit mungkin bahasanya bisa diganti dengan belum berpacaran. Sejujurnya memang pernah dengan mantan kawan satu sekolah, tapi aku tidak menganggapnya itu sebagai pacar. Toh hanya bertahan beberapa hari saja dan selama itu kita tidak pernah bertemu apalagi berpegangan tangan, aihhh. Jadi yang pacaran bukan aku dan dia, tetapi Hpku dan Hpnya.
Kembali ke ngomongin soal ungkapan rasa sayang, aku pernah memberikan sesuatu kepada seseorang berupa barang. Tidak mahal-mahal amat namun juga tidak murah, tidak perlu disebutkan apa dan berapa, yang jelas aku membelinya dengan mnggunakan uangku sendiri. Aku memberikan itu kepada temanku disaat hari sepesialnya. Bisa ditanyakan kepada orang-orang yang lebih lama mengenalku, mana pernah seorang pria bernama Anjar memberikan barang kepada seseorang, baru kali ini. Kalau kalian mau mengatakan dalam hati jika aku pelit, silahkan. Yang jelas siapa pun kamu, rasa sayang tidak harus berupa barang.
Berbicara orang tersayang, bagiku nomor satu yaitu tetap sesosok wanita berjuluk mama atau ibu. Sesuka kalian memanggilnya apa, yang jelas dalam hati kita semua, sosok satu itulah yang menjadi tokoh utama yang sangat kita sayangi. Tidak usah ditanya lagi mengapa, jika kalian terlahir dari batu seperti kera sakti, itu baru wajar untuk ditanyakan.
Aku memanggilnya dengan sebutan mama, sosok ibu yang juga menjadi ayah bagiku dan kakak-kakakku. Entah berapa banyak usaha yang ia tuangkan untuk membesarkan kita bertiga, yang jelas sampai detik ini, semua yang aku jalani adalah berkat dari usaha dan doa darinya. Tidak ada apapun yang pernah kukasih kepadanya, namun sangat banyak yang ia berikan.
Sosoknya lah yang membuatku semangat dalam proses menggapai cita-cita. Sejak kecil memang aku sudah jauh darinya dan tidak tinggal satu rumah dengannya. Sebab saat itu, kondisi keluarga kami sedang bermasalah yang mengharuskan aku untuk tinggal bersama kakek dan nenek. Jauh dari orangtua membuatku menjadi lebih mandiri dan kuat. Kehidupan yang aku jalani sedari hidup bersama kakek dan nenek tentu ada enak dan tidaknya. Walau begitu aku tahu mereka adalah orang-orang yang sayang kepadaku.
Memasuki umur di mana aku mulai mengerti apa itu hidup, pikiran dikepalaku banyak menghasilkan pertanyaan. Sebenarnya apa yang membuatku jauh dari orangtua? kenapa aku tinggal bersama kakek? sebenarnya hidup jauh dari orangtua dari kecil membuatku tidak merasa terpuruk, hanya saja pertanyaan itulah yang sering datang sendiri. Puncak di mana aku sangat-sangat rindu akan sosok mama yaitu di saat aku mendapatkan prestasi disekolah. Kalian semua pasti sudah mengalaminya, dimana saat pembagian raport setiap murid akan membawa walinya datang ke sekolah. Mungkin hanya aku saja yang selalu diwakilkan oleh kakek atau tanteku.
Sejak SD, gini-gini aku adalah murid yang lumayan berprestasi, dari kelas 1-6 selalu berada diurutan tiga besar. Aku juga sering mendapatkan prestasi dari hobiku berolahraga salah satunya yaitu sepak bola dan bad minton. Boleh kalian tanya kepada guruku terdahulu, berapa piala yang sudah kupersembahkan untuk sekolah. Namun sayangnya, itu masih terasa kurang karena aku tidak bisa menunjukannya secara langsung dihadapan mama, hanya sebatas via telepon.
Walau begitu, kalian tidak bisa menilai bahwa aku adalah anak yang pendiam dan tidak suka bergaul. Jangan salah, dibalik prestasiku itu, aku adalah anak yang keras kepala dan nakal. Bahkan pernah membuat temanku pingsan karena berkelahi hingga didatangi orangtuanya. Berkelahi juga sudah menjadi hobiku pada saat itu, mungkin jika bukan salah satu anak yang berprestasi, aku sudah dijauhi oleh teman-temanku. Namun begitu kenyataannya, bahkan sempat ada orangtua teman sekelasku yang memberikan uang hanya supaya anaknya bisa duduk sebangku denganku. Karena pada saat itu masih anak-anak dan uang yang diberikan lebih besar dari uang jajanku, sudah pasti aku terima, hehe.
Sikap keras kepala dan kenakalanku itu lah yang mungkin membuat dipindahkan ke Jakarta dengan kakakku. Tadinya aku menolak keras,tetapi karena itu permintaan mamaku sendiri, aku jadi tidak bisa menolak dan terpaksa pindah ke Jakarta.
Dari sosok dia juga aku banyak belajar, bagiku menghargai wanita adalah cara kecil baktiku kepadanya. Sebenarnya sangat banyak yang ingin aku ungkapan langsung, namun tetap saja aku masih sedikit malu untuk terbuka. Mungkin hanya disaat hari ulang tahunnya saja aku memberikan kata-kata selamat kepadanya. Padahal kalau boleh jujur, masih banyak yang ingin aku sampaikan dari dalam hati.
Akan ada saatnya, dimana aku akan membuatnya bangga dan mengutarakan semua yang ada dalam benakku. Tidak sekarang, mungkin nanti, disaat aku sudah benar-benar bisa membahagiakannya. Untuk saat ini, tanggal 22 Desember 2018, hanya doa dan tulisan ini yang bisa kuberikan padanya. Sebab sebuah berlian asli pun tidak cukup untuk membayar semua kebaikannya dan jasanya. Selamat hari ibu.
Tetapi menurutku itu adalah cara yang kuno dan sudah terlanjur basi. Ya, kalian mungkin akan mengatakan ‘ah bilang saja gak mampu beli’. Yaps, thats right. Memang benar, aku tidak mampu jika itu berupa tas bermerek, perhiasan, tiket liburan, dan barang-barang mahal lainnya. Jika hanya sekadar martabak telor sepesial yang telornya lima mah masih bisa. Perlu dicatat, jika tidak semuanya ungkapan rasa sayang itu harus berupa barang ataupun sesuatu yang mahal. Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki uang untuk membeli barang itu? Apakah itu pertanda kita tidak sayang? Tentu tidak masuk akal.
Bercerita tentang pengalaman pribadi, aku sendiri pernah melakukan hal itu kepada orang lain. Jangan dulu sok tahu bahwa aku memberikannya untuk pacar. Perlu kalian tahu, untuk anak muda seumurku yang notabenenya adalah remaja tanggung yang sedang gentar-gentarnya berpacaran, aku tidak pernah yang namanya ‘berpacaran’. Ya, ralat sedikit mungkin bahasanya bisa diganti dengan belum berpacaran. Sejujurnya memang pernah dengan mantan kawan satu sekolah, tapi aku tidak menganggapnya itu sebagai pacar. Toh hanya bertahan beberapa hari saja dan selama itu kita tidak pernah bertemu apalagi berpegangan tangan, aihhh. Jadi yang pacaran bukan aku dan dia, tetapi Hpku dan Hpnya.
Kembali ke ngomongin soal ungkapan rasa sayang, aku pernah memberikan sesuatu kepada seseorang berupa barang. Tidak mahal-mahal amat namun juga tidak murah, tidak perlu disebutkan apa dan berapa, yang jelas aku membelinya dengan mnggunakan uangku sendiri. Aku memberikan itu kepada temanku disaat hari sepesialnya. Bisa ditanyakan kepada orang-orang yang lebih lama mengenalku, mana pernah seorang pria bernama Anjar memberikan barang kepada seseorang, baru kali ini. Kalau kalian mau mengatakan dalam hati jika aku pelit, silahkan. Yang jelas siapa pun kamu, rasa sayang tidak harus berupa barang.
Berbicara orang tersayang, bagiku nomor satu yaitu tetap sesosok wanita berjuluk mama atau ibu. Sesuka kalian memanggilnya apa, yang jelas dalam hati kita semua, sosok satu itulah yang menjadi tokoh utama yang sangat kita sayangi. Tidak usah ditanya lagi mengapa, jika kalian terlahir dari batu seperti kera sakti, itu baru wajar untuk ditanyakan.
Aku memanggilnya dengan sebutan mama, sosok ibu yang juga menjadi ayah bagiku dan kakak-kakakku. Entah berapa banyak usaha yang ia tuangkan untuk membesarkan kita bertiga, yang jelas sampai detik ini, semua yang aku jalani adalah berkat dari usaha dan doa darinya. Tidak ada apapun yang pernah kukasih kepadanya, namun sangat banyak yang ia berikan.
Sosoknya lah yang membuatku semangat dalam proses menggapai cita-cita. Sejak kecil memang aku sudah jauh darinya dan tidak tinggal satu rumah dengannya. Sebab saat itu, kondisi keluarga kami sedang bermasalah yang mengharuskan aku untuk tinggal bersama kakek dan nenek. Jauh dari orangtua membuatku menjadi lebih mandiri dan kuat. Kehidupan yang aku jalani sedari hidup bersama kakek dan nenek tentu ada enak dan tidaknya. Walau begitu aku tahu mereka adalah orang-orang yang sayang kepadaku.
Memasuki umur di mana aku mulai mengerti apa itu hidup, pikiran dikepalaku banyak menghasilkan pertanyaan. Sebenarnya apa yang membuatku jauh dari orangtua? kenapa aku tinggal bersama kakek? sebenarnya hidup jauh dari orangtua dari kecil membuatku tidak merasa terpuruk, hanya saja pertanyaan itulah yang sering datang sendiri. Puncak di mana aku sangat-sangat rindu akan sosok mama yaitu di saat aku mendapatkan prestasi disekolah. Kalian semua pasti sudah mengalaminya, dimana saat pembagian raport setiap murid akan membawa walinya datang ke sekolah. Mungkin hanya aku saja yang selalu diwakilkan oleh kakek atau tanteku.
Sejak SD, gini-gini aku adalah murid yang lumayan berprestasi, dari kelas 1-6 selalu berada diurutan tiga besar. Aku juga sering mendapatkan prestasi dari hobiku berolahraga salah satunya yaitu sepak bola dan bad minton. Boleh kalian tanya kepada guruku terdahulu, berapa piala yang sudah kupersembahkan untuk sekolah. Namun sayangnya, itu masih terasa kurang karena aku tidak bisa menunjukannya secara langsung dihadapan mama, hanya sebatas via telepon.
Walau begitu, kalian tidak bisa menilai bahwa aku adalah anak yang pendiam dan tidak suka bergaul. Jangan salah, dibalik prestasiku itu, aku adalah anak yang keras kepala dan nakal. Bahkan pernah membuat temanku pingsan karena berkelahi hingga didatangi orangtuanya. Berkelahi juga sudah menjadi hobiku pada saat itu, mungkin jika bukan salah satu anak yang berprestasi, aku sudah dijauhi oleh teman-temanku. Namun begitu kenyataannya, bahkan sempat ada orangtua teman sekelasku yang memberikan uang hanya supaya anaknya bisa duduk sebangku denganku. Karena pada saat itu masih anak-anak dan uang yang diberikan lebih besar dari uang jajanku, sudah pasti aku terima, hehe.
Sikap keras kepala dan kenakalanku itu lah yang mungkin membuat dipindahkan ke Jakarta dengan kakakku. Tadinya aku menolak keras,tetapi karena itu permintaan mamaku sendiri, aku jadi tidak bisa menolak dan terpaksa pindah ke Jakarta.
Dari sosok dia juga aku banyak belajar, bagiku menghargai wanita adalah cara kecil baktiku kepadanya. Sebenarnya sangat banyak yang ingin aku ungkapan langsung, namun tetap saja aku masih sedikit malu untuk terbuka. Mungkin hanya disaat hari ulang tahunnya saja aku memberikan kata-kata selamat kepadanya. Padahal kalau boleh jujur, masih banyak yang ingin aku sampaikan dari dalam hati.
Akan ada saatnya, dimana aku akan membuatnya bangga dan mengutarakan semua yang ada dalam benakku. Tidak sekarang, mungkin nanti, disaat aku sudah benar-benar bisa membahagiakannya. Untuk saat ini, tanggal 22 Desember 2018, hanya doa dan tulisan ini yang bisa kuberikan padanya. Sebab sebuah berlian asli pun tidak cukup untuk membayar semua kebaikannya dan jasanya. Selamat hari ibu.
Komentar